Alhamdulillah, Keluarga Doktor Sekolah Riset Satukata Bertambah Lagi

 



sekolah riset satukata,-

Satukata.News

Bagi sebagian orang sekolah sampai jenjang doktoral mungkin tidak pernah terbayangkan. Pengalaman menjadi mahasiswa doktoral berbeda sekali dengan strata pendidikan lainnya. Bukan cuma soal ketersediaan pendanaan atau kemampuan akademik, sekolah doktoral membutuhkan kekuatan konsistensi, daya juang, berdamai dengan stress, konsentrasi, tahan kesepian dan kuat mengendalikan berbagai macam godaan. Apalagi kalau sekolahnya di dalam negeri malah bisa dibilang sampai habis-habisan. Kenapa begitu, menurut mereka yang sekolah di dalam negeri, sudah pasti tidak mudah menghindar dari berbagai macam tanggung jawab sosial, urusan-urusan keluarga, dan kewajiban-kewajiban pekerjaan.  

Bulan Juli 2024 ini ada tiga orang alumni Sekolah Riset Satukata yang berhasil menyelesaikan studi doktoralnya. Yang pertama, Dr. Apik Anitasari Intan Saputri, beliau meraih gelar doktornya dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Ia meneliti tentang skema pemberdayaan perempuan melalui keuangan mikro di karisidenan Banyumas. Mbak Intan, begitu sapaan akrabnya, adalah peserta pada kelas-kelas Sekolah Riset Satukata yang pertama. Ia kemudian aktif di beberapa kelas lainnya seperti SERIUSPol dan SERISPESIAL. Mbak Intan saat ini bertugas sebagai dosen di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto dan menekuni fokus tentang keuangan syariah.


Doktor kedua yang lulus bulan ini adalah Dr. Diah Kusumawati, M.SI. Mbak Didi adalah pengajar pada program studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret Solo. Mbak Didi, begitu biasanya ia dipanggil, merupakan salah satu peserta teraktif di Sekolah Riset Satukata. Mungkin sudah lebih dari sepuluh kelas ia ikuti, “Selalu ada yang baru dalam setiap kelasnya”, katanya. Mbak Didi berhasil mempertahankan disertasi tentang Islamisme di Surakarta pada Program Doktor Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya. “Terimakasih kepada seluruh keluarga Satukata yang menemani perjalanan studi saya selama ini”, begitu isi pesan singkatnya di grup keluarga Satukata.

Doktor berikutnya adalah Dr. Asep Mulyana dari kabupaten Banjar, Jawa Barat. Laki-laki yang pernah aktif di KOMNASHAM RI ini berhasil mempertahankan disertasi tentang proses pembentukan subjek toleran di SMA Karya Parigi, sebuah sekolah alternatif yang didirikan dan dikelola oleh anak-anak muda desa yang kreatif. Pak Asep, kadang juga dipanggil Kang Asep, diwisuda dari Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 24 Juli 2024.


Tahun-tahun sebelumnya ada beberapa alumni Sekolah Riset Satukata yang juga berhasil menyelesaikan studi doktoralnya. Dr. Khoiron, S.AP., M.IP. tentang “Politik Artikulasi: Kecendekiawanan Gus Mus dalam Menggumuli Kebenaran”. Beliau diwisuda pada tahun 2023 dan sekarang kembali mengabdi di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang (UNISMA). Doktor yang biasa dipanggil Pak Roni ini pernah bergabung di kelas SERI LACLAU 2 pada tahun 2022 bersama Dr. Yeheskial Roen. Pak Roen panggilan untuk Dr. Yeheskial Roen ini sekarang kembali mengajar di Universitas Nusa Cendana, Kupang, pada Jurusan Sosiologi. Disertasinya berjudul “Diskursivitas Identitas Etno-Religius Dalam Politik Elektoral NTT”.

Ada dua orang doktor perempuan dari Pulau Sumatera. Dari Universitas Sriwijaya, Palembang (UNSRI) ada Dr. Vieronica Varbi Sununianti, M.Si.dengan disertasi berjudul “Uang Minyak: Kuasa & Resistensi Pertambangan Minyak Artisanal di Sumatera Selatan”Di Sekolah Riset Satukata mbak Vero pernah bergabung secara offline di Yogyakarta dalam kelas SERIPOPULI III Politik Menulis pada tahun 2023. Dia memanfaatkan dengan baik free konsultasi online pasca kelas. Juga Dr. Nulwita Maliati yang pernah mengambil kelas SERIPOPULI pada tahun 2021, disertasinya berjudul “Konstruksi Pengetahuan dan Relasi Kuasa Perempuan dalam Pemenuhan Pangan Balita di Aceh”, sekarang mengajar di UNIMAL Banda Aceh.

Selamat kepada para doktor, kami menantikan ombak keilmuan Anda.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memori Kolektif

Sigmund Freud ; Psikoanalisis Dalam Kejiwaan Manusia

Etika dalam Disrupsi