PELATIHAN PENULISAN AKSARA JAWA DI LERENG MERAPI SEBAGAI KONSERVASI BUDAYA MASYARAKAT JAWA
Yogyakarta, 03 Juni 2023 – Tim
pengabdian kepada masyarakat dari Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES
bekerjasama dengan mitra Sekolah Riset Satukata Yogyakarta telah melaksanakan
kegiatan pengabdian yang berjudul “Pelatihan Penulisan Aksara Jawa sebagai
Bentuk Konservasi Budaya Lokal Bagi Masyarakat Tanjung Daerah Istimewa
Yogyakarta.”
Kegiatan ini merupakan bagian dari program MBKM Riset dimana 8
orang mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi berkegiatan di lingkungan
masyarakat lereng Gunung Merapi.
Tim pengabdi dari Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS
UNNES yang terdiri dari ketua tim pengabdi yaitu Bapak Harto Wicaksono, S.Pd.,
M.A., beberapa dosen dan mahasiswa, serta mitra dari Sekolah Riset Satukata
Yogyakarta. Kegiatan pengadian kepada masyarakat ini didukung oleh pendanaan
dari DIPA FIS UNNES tahun 2023.
Sasaran pengabdian ini adalah
kelompok masyarakat Dukuh Tanjung, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Pengabdian
ini bertujuan untuk melestarikan aksara Jawa dari generasi ke generasi
selanjutnya. Selain itu juga pengabdian ini bertujuan untuk mendorong masyarakat
agar semakin tertarik dengan budaya lokal sehingga tidak hilang dari kehidupan
masyarakat.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3
sesi, sesi pertama pada tanggal 14 Mei 2023, sesi kedua tanggal 20 Mei 2023 dan
sesi ketiga tanggal 27 Mei 2023. Pengabdian pelatihan penulisan aksara Jawa ini
dilaksanakan oleh 8 mahasiswa jurusan Sosiologi & Antropologi UNNES, 4
orang dari pihak Sekolah Riset Satukata dan jumlah peserta sebanyak 8-12 orang.
Pengabdian dilaksanakan di Padukuhan Tanjung, Wukirsari, Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta. Pelatihan penulisan aksara penting dilaksanakan karena penurunan
eksistensi aksara Jawa menjadi permasalahan dalam konservasi budaya lokal
sehingga kegiatan ini dapat menjadi penguatan dalam mempertahankan budaya lokal
yaitu aksara Jawa.
Kegiatan pelatihan penulisan aksara Jawa
ini bertujuan untuk melestarikan dan mengenalkan aksara Jawa dari satu generasi
ke generasi berikutnya agar masyarakat semakin tertarik dengan budaya lokal
sehingga tidak hilang begitu saja dari kehidupan masyarakat. Tergerusnya zaman
membuat aksara yang sudah ada sejak dahulu semakin lama semakin berkurang
pemakainya. Penyebabnya sudah jelas, tidak adanya regenerasi pada zaman ini
untuk mempertahankan aksara Jawa sebagai salah satu aksara yang ada di
Indonesia. Oleh sebab itu, aksara Jawa menjadi penting karena asal usul
masyarakat Jawa dijelaskan dalam aksara Jawa. Maka dari itu, diadakan pelatihan
penulisan aksara Jawa di Tanjung, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Program pengabdian pelatihan
penulisan aksara Jawa ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan di setiap
sesinya. Sesi pertama berisikan pengenalan aksara Jawa yang dihadiri masyarakat
Dukuh Tanjung. Acara dilangsungkan pada pukul 13.00-selesai di rumah kepala
dukuh Tanjung. Pengenalan aksara Jawa disampaikan oleh mentor dari pihak
Sekolah Riset Satukata, Siti Khuzaimah, M.A., dengan media flyer aksara Jawa dan
papan tulis agar bisa ikut membayangkan penulisan aksara Jawa. Selain itu,
peserta pengabdian diminta untuk menuliskan harapan hidup mereka berupa surat
cinta menggunakan tulisan latin terlebih dahulu kemudian nantinya akan diubah
ke dalam bentuk aksara Jawa.
Sesi kedua pengabdian pelatihan
mulai menerapkan pelatihan penulisan aksara Jawa secara langsung kepada peserta
yang didampingi oleh tim pengabdi. Peserta akan dilatih dalam menulis aksara Jawa
melalui surat cinta dan harapan-harapan yang telah ditulis pada sesi
sebelumnya. Jikalau pada sesi sebelumnya menggunakan Bahasa Latin untuk
menuliskan surat, namun untuk sesi kedua dari pengabdian ini, peserta
menuliskan aksara Jawa sesuai dengan contoh yang telah dituliskan sebelumnya
oleh tim pengabdi. Tim pengabdi dan Sekolah Riset Satukata yang telah
menerjemahkan dari Latin menjadi aksara Jawa. Masing-masing peserta mendapatkan
satu kertas percontohan, satu kertas kosong dan spidol untuk mencontohkan surat
dan harapan-harapan tersebut. Peserta juga mendapatkan bimbingan untuk setiap
orangnya dari tim pengabdi atau Sekolah riset satukata. Setelah selesai dalam
praktik penulisan maka peserta akan menempelkan kertas atau karyanya pada papan
ekspresi yang telah disediakan.
Sesi ketiga dilaksanakan dengan
pengenalan aksara vokal dan juga angka Jawa. Sebagai praktiknya peserta
pengabdian diminta untuk menuliskan nama mereka dengan menggunakan aksara Jawa.
Setelah itu, para peserta diminta juga untuk menjelaskan arti nama mereka dan
alasan diberikan nama tersebut. Selesai acara para peserta akan menempelkan
tulisan mereka di papan ekspresi agar dapat terlihat hasil dari tulisan masing-masing
dari mereka.
Kami, mahasiswa Jurusan Sosiologi & Antropologi serta pihak Sekolah Riset Satukata mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Dukuh Tanjung yang telah aktif berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian pelatihan penulisan aksara Jawa. Harapan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah masyarakat senantiasa menjaga aksara Jawa sebagai warisan budaya lokal agar tetap lestari. Selain itu harapan kami adalah terjalinnya hubungan yang baik dengan masyarakat Dukuh Tanjung. Sekian.
Komentar
Posting Komentar